setelah kau terbangkan tinggi, ke venus..
jauh, nyaman, tenang..
BAM! kau lepas peganganmu, aku jatuh bebas.
lalu aku lihat kearahmu, terhentak, kaget,
wujud aslimu adalah mariel, bersayap, lebar-lebar. matamu hitam.

hei, sepertiga iblis- sepertiga malaikat- sepertiga hewan..
dengarkanlah langkahku, tergopoh, hendak berjalan jauh, tapi..
aku tak ingat dimana utara-selatan. kompas pemberian ibu, tak ku kantongi.

banal, begitu kamu memperlakukanku.

aku yakin, aku selalu berhasil menjauhi hari kemarin.
dan ketika kemarin adalah tanda tanya. kemudian ada penyesalan, aku belum sempat tanyakan itu kepadamu dan kepada-Mu, apa makna dibalik skenario ini.

bantat, kamu terlampau cepat, lebih daripada kilat.
hebat, tapi sadarkah ada yg terlewat? dadaku yang tersayat.
selamat - laknat -

12.12 26/06/12

    Halo, apakabar? Semoga sehat dan selalu penuh bahagia. Pasti sedang bersenang-senang ya? Alhamdulillah jika benar, aku akan senang sekali mendengarnya.

    Aku pengen cerita sama kamu, seperti dulu. Dimana? Disini, iya disini. Yang mungkin ya cuma disini. Cukup kamu diamkan saja, itu sudah membuatku lega kok. dan tolong juga jangan dibaca ya! oke.

    Jadi bagini, pertama kamu cukup hebat. Kenapa? Kamu berhasil memegang kendali hampir separuh dari hidupku dan ketika kamu pergi begitu saja, kamu lupa menyerahkan kendalimu kembali padaku kan? Lalu ya begini, semua menjadi berantakan.

    Kedua, terimakasih sudah memberikanku pengalaman pahit, asam, manis dan lainnya, juga semuanya yang sudah kamu berikan -termasuk pelajaran-pelajaran penting yang gak mungkin aku lupa.

    Ketiga, diawalnya aku mengambil keputusan itu aku ragu, dan benar kata orang "janganlah memilih sesuatu dengan gegabah". Aku sekarang paham mengapa seseorang mencipta jargon itu -tentunya dari sepenglihatanku. Aku dibutakan oleh duniawi, mereka bilang surga: sekarang aku tau nyatanya, surga untuk dajjal. Lalu untuk sekarang? Aku perlahan melepaskanmu, tanpa beban. Hebat kan aku? Tapi aku masih kalah hebat -cepat- dari kamu, suara saja masih kalah sama kecepatan kamu.

    Selamat.
   
    Keempat, kamu barang susah dicari. Aku meninggalkan bekas lecet dikamu, dan tentu harga jualmu berkurang. Tapi, jangan khawatir kamu bakalan laku keras selama kamu pertahanin caramu itu. Pontang-panting sesenang-senangnya kepada korbanmu pasti. Emm, saranku hati-hati, untuk kali ini aku kurang tau nasibmu, semoga kamu bukan menjadi korban -senang-senangmu-

Sekali lagi selamat!


21.42 03/06/2012

               Jarang sekali aku mendapati mimpi yang menjadi kenyataan dikemudian hari. Selama ini mimpiku cukup aku artikan sebagai dinamika alam ideku. Hanya nyata diawang-awang. Tidak pernah aku tanggapi secara berlebihan. Apalagi bersangka-sangka bahwa itu semua akan terjadi


                Namun semua itu berbalik ketika yang ada dimimpi itu adalah sosokmu dan sosokku. Entah kenapa saat bermimpi tentang kamu dan aku, terasa ada sesuatu yang berbeda. Rasa-rasanya begitu nyata terjadi. Hingga aku terhentak kaget, mereka –partikel mimpi-  pentas didepan mataku, dialam nyata! “ini pernah terjadi di episode mimpiku” kata otak kiriku.  Jelasnya, soal kamu tentu.


                Aku dejavu.


                Sekarang, kejadian macam itu kembali tampil di panggung pentas mimpiku. Mencabik perasaan, seolah mengajak flashback ke akhir tahun 2011 saat semuanya lebih baik dari ini, ya Desember itu.


                Menyesal? Tidak. Kutegaskan lagi, tidak. Aku menyadari, ini hanyalah pergolakan hati yang wajar terjadi pada manusia bodoh macam aku. “Lalu, Apa guna kamu menulis seperti ini?  layaknya seorang rubah yang hilang taringnya saja kau ini”, dia –otakku- mendebat batin. Dia protes, atasnama ketidaknyamanan yang dirasakanya, tentu saja kepada batin ini. Lalu aku sampaikan jawaban dari batinku, “itu dia pertanyaan yang sulit aku jawab”.                


                Kukira, bila hari ini ketentuan-Nya perihal hukum hubungan hidupmu dan hidupku masih belum diamandemen --selalu terjadi proyeksi mimpi di dunia nyata kita: aku was-was.x

2011

satu-persatu dari kita pernah mempunyai peran penting dalam cerita kita. aku kamu dia mereka semua berhulu dan berhilir pada kita.

tembok-tembok tua sekolah yang menjadi saksi bisu perjalanan kita, hingga pohon beringin yang kala itu menjadi kawah candradimuka utk membentuk karakter teguh dan seorang petarung.

aku rindu saat itu, saat kita duduk sejajar dengan hempasan hujan yang deras meluncur di lantai keras halaman sekolah. saat kita begitu romantis. menikmati candaan di tengah suasana hangat sembari menunggu hujan pergi di sore hari.

apakah mereka --adik kita sekarang-- masih merasakan hal yang kita rasakan bersama kala itu? duduk di bawah beringin berbalut sejuknya angin sore?