Teruntuk adikku yang manis.
Duduklah. Sementara ini tinggalkan mainanmu. Untuk kali
sekarang baiknya kau dengarkan sedikit dari yang kakakmu ingin bicarakan. Ini
perlu. Seperlu kau memperlakukan mainan tersayangmu agar tetap menjadi barang
terbaik. Selalu bersih. Tak boleh ada lecet sedikitpun di permukaannya. Supaya kau
dapati mainanmu selalu enak di pandang. Supaya selalu kau banggakan.
Sudah kau duduk? Ayolah, sebentar saja. Kali ini tidak akan
banyak menyita kemesraanmu dengan mainan kesayangan milikmu. Kemarin aku sudah
berjanji padanya, tidak akan bicara lama-lama padamu. Tidak akan mengganggu
waktumu dengannya. Ia menggangguk. Pertanda persetujuan darinya. Bagaimana
denganmu? Tentu kau sependapat dengannya bukan?
Aku akan langsung
memulainya saja. Awalnya aku akan bercerita. Kau suka cerita bukan? Tidak? Iya?
Oh, baiklah kalau begitu. Aku tak jadi bercerita. Melainkan dongeng. Pasti kau
senang mendengarkan dongeng.
Syahdan,di suatu negri pada suatu ketika hiduplah seekor
anak kuda. Ia hidup bersama ayah dan bundanya. Ia adalah anak satu-satunya dari
kedua orang tuanya. Ya, betul sekali adikku termanis. Ia belum mempunyai adik.
Ia tinggal di sebuah rumah sederhana bagi sebuah keluarga kuda.
Ia bersama keluarga hewan lainnya hidup dalam sebuah negeri
hewan yang amat luas. Wilayahnya berpulau-pulau. Terdiri dari beribu selat,
semenanjung dan teluk. Gunung-gunung pun berderet akur sepanjang wilayah. Mata
air dapat dijumpai, semudah perjumpaanmu dengan mainan barumu. Air sungai nan
bening bak permenpun senantiasa terus menerus mengaliri alirannya. Kerajaan ini
memang teramat istimewa. Tiada yang kurang dalam hal keindahan dan kekayaan
alamnya. Sempurna. Hampir sebanding dengan surga. Hingga pembijak negeri ini
pernah berkata, “mungkin Tuhan sedang bahagia ketika mencipta tempat ini”.
Bisa kau bayangkan tempat itu, dik? Apabila sulit, coba
bayangkan ketika kau sedang berada di taman mainan yang luas dan segala bentuk
mainan kesukaanmu tersedia disana. Kau boleh ambil apa saja disana. Kau boleh
memainkannya sekehendak hatimu. Sesukamu. Apapun itu. Bukankah menyenangkan
hidup di taman semenyenangkan itu?
Nah, Ia juga senang bermain. Seperti kau, dik. Ia juga
memiliki mainan yang paling disukainya. Hanya mungkin berbeda bentuk mainannya
denganmu. Kalau mainan kesayanganmu berbentuk mobil, robot dan barang-barang
canggih lainnya. Ia, si anak kuda, senang dengan tempat-tempat yang luas untuk
menjadi tempat berlarinya. Ia gemar bermain kejar-kejaran bersama
kawan-kawannya. Si anak kuda memang senang berlari sebagaimana nenek moyangnya dulu
yang gagah menjelajahi benua.
Hari berjalan dengan perlahan, namun pasti di negeri itu.
Semua hal yang menyenangkan seperti tak enggan-enggannya berhenti berkembang.
Tunas melati telah tumbuh menjadi seperdu melati dewasa nan anggun. Membuat
seluruh seisi negeri senantiasa bersyukur akan keagungan-Nya. Burung-burung
parkit semakin hari semakin lincah kicaunya. Pula dengan katak-katak yang
tinggal di balik pegunungan selatan negeri itu, saut menyaut bernyanyi, selalu
mengirim kabar gembira seolah-olah harapan akan segala makhluk negeri ini akan
senantiasa tersambut oleh mentari esok.
Termasuk si anak kuda. Ia mulai menginjak masa peralihan.
Suatu masa yang mengharuskan si anak kuda tersebut harus memilih. Ingin menjadi
apakah ia? Apakah ingin menjadi kuda pelari –yang karenanya kecepatan si kuda
itu tersohor seantero negeri- nan selalu berlari menghindari terik surya,
Lantas ia mendapati tempat berteduh yang sejuk namun sementara, Ataukah ia
memilih menjadi seorang kuda yang manusia sebut itu: kuda liar. Yang berlari
memang karena ia harus berlari. Yang bertarung memang karena sesuatu hal memang
layak dan harus diperjuangkan. Menjadi kuda yang sebagaimana mestinya. Menjadi
kuda yang tidak saja benar tapi juga baik.
Hei.. kenapa kau gerak-gerakan kakimu kesana kemari dik?
Kau nampak gelisah, kau ingin bertanyakah? Oh.. Tunggu Sebentar.. akan aku
jelaskan soal itu. Benar dan juga baik? Apa arti keduanya? Mengapa harus
meliputi keduanya? Bukan begitu pertanyaanmu sekaligus kegelisahanmu, dik?
Ini agak rumit namun aku yakin hal ini masih bisa kamu tangkap.
Kau adikku yang pandai. Untuk itu bersabarlah dan dengarkan penjelasan tentang
hal ini.
Aku hendak mulai dengan mengambil contoh. Dik, adikku yang
manis, ketika kau meminjam mainan salah satu kawanmu dan belum puas kau bermain
dengan mainan itu ia minta kembali dan langsung merebutnya apa yang kau
rasakan? Tentu kau akan kecewa, jengkel, sedih, tidak senang. Tapi apakah yang
kemudian kamu lakukan?
Siapapun ketika barang yang ia sukai diambil pasti ia akan
kecewa. Termasuk aku. Ketika seseorang mengambil suatu hal yang menjadi
kesukaanku aku akan merasakan apa yang kau rasakan, dik. Apabila hal tersebut
adalah milikku tentu aku boleh memintanya kembali. Dengan cara yang baik dan
terhormat. Namun, tatkala seluruh jalan tersebut sudah ditempuh namun tetap
tidak dapat membuatnya mengembalikan suatu hal itu, aku akan mengalah, biarkan
ia mengambil barang itu. Karena kata Kyai, sesungguhnya segala hal didunia ini
adalah titipan-Nya.
Amat berbeda tentu, apabila hal tersebut adalah bukan
milikku. Aku tidak pantas memintanya kembali. Karena hal tersebut bukan
milikku. Bukan kepunyaanku. Sampai dititik ini, kata benar tadi sudah jelas.
Yaitu tentang boleh atau tidaknya kita mengambil suatu hal yang milik atau
bukan milik kita.
Lagipula mengalah juga bukan berarti kalah, dik.
Mengkalahkan diri sendiri demi kebaikan bersama lebih mulia daripada menang akan
tetapi nilai yang lebih tinggi dari itu: kebersamaan, pertemanan, persaudaran
kemudian hilang. Maka dari itu, mulia itu salah satu keindahan. Dan sesuatu
yang indah selalu akan kita nilai baik.
Saat kawanmu meminta mainan kesukaanmu itu kembali, ia
melakukan hal yang benar. Barang itu adalah miliknya. Ia boleh saja memintanya
kembali. Ia benar melakukan itu.
Akan tetapi, cara
yang ia lakukan yaitu dengan merebut itulah yang tidak tepat. Ketidak
tepatan disini karena ia tidak memintanya dengan baik-baik, mengetahui apa
pendapatmu, dan bagaimana pendapatmu. Sehingga yang ia lakukan membuatmu
kecewa. Dan kekecewaanmu dapat membuat persahabatn kalian menjadi tidak erat
lagi. Ia tanpa sadar tidak menjaga keindahan persahabatan kalian. Ia tidak
mengambil mainannya dengan baik walaupun apa yang dilakukannya benar. Mudah
bukan memahaminya?
Namun, kau sudah tentu akan mengembalikan mainannya walau
sebesar apapun kekecewaanmu. Juga, setelah penjelasan tadi, aku juga amat
yakin, bahwa kelak kau tidak akan memutus persahabatan lagi dengan kawanmu
apabila ia melakukan hal yang sama kita bayangkan tadi. Karena itu dik, kaulah
adikku yang manis.
***
Rumput-rumput mengering. Kicauan parkit tak riang lagi.
Perdu-perdu tertunduk lesu. Seakan serangkaian kejadian pertumbuhan negeri ini – dan termasuk si anak kuda itu, tidak mendapat
restu sang surya. Perubahan terjadi
secepat kuda-kuda pelari yang dikejar terik surya. Bahkan semakin hari
semakin mendekati lesatan terik surya yang mengejar si kuda-kuda pelari –selalu
terkejar.
Katak tak berkabar gembira lagi. Pertanda tidak wajar bagi
seluruh negeri. Lekas seluruh penduduk bertanya-tanya apakah gerangan yang
menyebabkan. Sas-sus menyebar luas. Seluruh
yang resah menerka bebas. Dari kemungkinan terkecil hingga kemungkinan terburuk
bermunculan. Berduyun-duyun pemuka negeri mencoba membuka kitab ramalan nenek
moyang. Apakah ada suatu hal yang membuat Semesta murka?
*Si adik tertidur pulas*
-Bersambung
0 komentar:
Posting Komentar