Dibalik Geliat Pertumbuhan Ekonomi Kaliurang pasca Erupsi
(salinan IHT Kader LPM Keadilan)
Oleh: Mada Pudyatama
“Alhamdulillah sudah
lumayan cukup mas..”
Sosok lelaki
bertubuh tegap dan berkulit jawa,
terlihat mengarahkan mobil-mobil yang akan diparkirkan oleh pemiliknya
di kawasan kaliurang, tepatnya di depan persis objek wisata kaliurang, sleman.
Hawa dingin yang menusuk kulit bukan menjadi halangan dia untuk terus
menggerakkan tubuhnya agar mobil yang ingin diparkirkan oleh pemiliknya tertata
rapi. sehingga memudahkan pengguna jalan untuk tetap memakai jalan semestinya
dan juga tidak merusak kenikmatan atas pemandangan kaliurang malam.
Kumis
tebalnya memperlihatkan betapa kerasnya hidup pada zona dingin kaliurang saat
ini. Tetapi akan sangat berbeda setelah tim terbit fajar memulai perbincangan
dengannya. Kesan tegas seketika kabur sembari munculnya senyum dan sapa ala
orang ini. Orang sekitarpun sudah pasti mengenal dia, karena 5 tahun sudah dia
menggeluti profesinya dan juga alamatnya yang memang tidak jauh dari tempat tim
bertemu dengan dia.
Senyum
sapa yang ramah, itulah kesan pertama setelah mengenalnya. Maridjan,
lelaki setengah abad kelahiran 04
September 2011 ini memperlihatkan mimik wajah yang sangat supel dan ceria saat di wawancarai tim terbitfajar.
Kepada tim Ia menuturkan dengan semangat tempat tinggalnya. “Maridjan, RT 04,
Kaliurang barat, masjid luruus mas..” kata Maridjan menggebu-gebu. “Saya sudah
5 tahun baru disini mas, jadi tukang parkir” sahutnya. Mungkin maksut tahun
baru itu adalah dia sudah melewati 5 kali tahun baru bersama pekerjaan ini. Dia
menjelaskan pendapatannya sudah mencukupi hidupnya. Dia juga menjelaskan kepada
tim, “saya masih bujang mas”, sambil tertawa terkekeh-kekeh ala pak maridjan.
“khekhekhe” begitulah kira-kira.
Latihan
Sendiri
“Saya
berlatih parkit sendiri mas”, tuturnya. Sebelum digali jawabannya tadi tim
berpikiran bahwa dia berlatih memakirkan kendaraan sendiri. Tetapi tim sadar
setelah menelisik arti yang dimaksudkan tidak demikian, dia ingin menyampaikan
bahwa dia bangga bisa memulai pekerjaan tanpa merepotkan orang lain. Dia
kemudian bercerita tentang keluarganya, kehidupanya yang bersama kakaknya
sekarang, keseharian memarkirnya hingga kesehariannya selain memarkir.
Dia
memaparkan, orangtua nya sudah tiada, sekarang dia tinggal di daerah kaliurang
ini bersama kakak kandungnya. keseharian memarkirnya rata-rata mendapat 100
perhari dengan kerja dari jam 4 sore sampai jam 5 pagi. Setelah dia bekerja jam
5 pagi lelaki ini merbahkan tubuh letihnya.Tidak lama-lama dia merebahkan
tubuhnya hanya sekedar untuk istirahat saja. Menurutnya, apabila beristirahat
terlalu lama, malah menjadikan tubuhnya lemas. Memang watak maridjan ini
seorang pekerja keras, tekun dan tidak menyukai bermalas-malasan. Nilai-nilai
manusia yang seperti inilah pada era moderen ini sangat sulit dikembangkan.
Ditemukan saja sulit apalagi hingga dikembangkan. Para generasi-generasi muda
indonesia harus banyak belajar dari pak Maridjan ini.
Nyambi mas..
Selain
bekerja sebagai tukang parkir luar kawasan objek wisata kaliurang, dalam
memanfaatkan waktunya dia tidak malu untuk melakoni pekerjaan-pekerjaan yang
seringkali dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Dia mengumpulkan gresek-gresek botol air mineral untuk
kemudian dijual kepada pengadah-pengadah. Dibeberkannya tempat dan waktu
pekerjaan ini. “Senin-Selasa saya ke tlogo putri unuk mengumpulkan botol aqua, kemudian saya jual kepada pengadah
mas”, bebernya. Dia juga sedikit cerita tentang konstanya harga satuan kilo
botol bekas yang tetap di sekitaran 250 rupiah perkilo. “Jangan malu mas yang
penting hehe”, selalu diiringi dengan tawanya yang gurih dalam setiap
celetukanya. Ya, segala sesuatu yang bersifat halal hukumnya satu yaitu jangan
malu.
Nb: maaf foto belum sempat saya pasang, karena problem teknis dari kami